Yang Penting Ilmunya
"Seorang mahasiswa dewasa (baca: mahasiswa tua) semakin banyak semesternya, maka dia gak akan lagi mikir sama IPK-nya, YANG PENTING BISA LULUS."Begitulah kasus yang gue alami, ngerasa semakin lama di kampus, lama-lama gue gak mikir lagi berapa ipeka gue, mau nungging-mau kayang-mau ngejengking-mau salto-salto, ipeka jadi gak penting lagi, yang penting bagi gue sekarang, gimana biar bisa lulus. .____.
Merasa terlalu dewasa di kampus, membuat gue sadar bahwa gue harus lebih banyak belajar... ngeles. Tepatnya beberapa hari lalu, nyokap gue ngirim SMS dan bertanya pertanyaan 'sensitif' itu,
"Nak, ipeka kamu berapa?", SMS nyokap.
"Santai mak, ipeka gak penting, yang penting kan ilmunya."
"Oiya, semangat nak.", nyokap gue optimis.Gue bersyukur punya nyokap yang sangat perhatian, saking perhatiannya, ipeka dan kelulusan gue selalu diperhatiin terus. Makanya dalam setiap kesempatan, gue enggak mau beliau ngerasa sedih.
"Huhuhu... aku sedih melihat ipekaku mak.... dan aku gak mau emak ikutan sedih abis ngeliatnya... ", gue emang anak berbakti.
Walaupun ipeka gue kecil, gue harus tetep semangat dan yakin bahwa segala sesuatu yang besar, berawal dari yang kecil, ipeka 2 lebih baik, okesip. *emang gak nyambung
"Jangan lulus cepat-cepat, jangan juga lambat-lambat, agar jadi sarjana hebat, yang penting tetep semangat! Kuliah Berencana, hindari kelulusan dini tanpa rencana, ipeka 2 lebih baik."
-------------
Ngomong-ngomong soal ipeka, gue keinget sebuah nasihat,
"Orang yang suka bilang ipeka gak penting dan kemudian dia bilang yang lebih penting adalah ilmunya, biasanya orang itu emang gak punya ilmu."Sepintas, nasihat itu emang baik, tentunya buat beberapa kalangan ipeka tertentu. Tapi bagi gue, nasihat itu terdengar sangat busuk, karena apa? Karena gue banget. ("_ _)/|
Merasa gak terima, maka gue juga punya nasihat yang lebih baik,
"Orang yang ipekanya tinggi juga belom tentu punya ilmu.", HOU! HOU! HOU!
*perang barathayudha
-----------
Susah,
Emang susah kalo berdebat tentang ipeka. Setiap orang punya pandangan masing-masing. Ada yang bilang ipeka gak penting, ada yang bilang ipeka penting, dan ada juga yang bilang kalo gue ganteng. Ckckck.
Terlepas dari itu, kita bisa sama-sama ngerti, kalo ipeka, ijazah, dan toga, sebenernya cuma formalitas belaka alias semacam sistem yang dibuat manusia. Hmm... coba simak sebait parody lyric berikut,
"Jika toga dan wisuda tak pernah adaaa... masih kah kau, ngerjain skripsinya?"Silakan dipikirin sejenak. ... udah? Kalo belom, silakan mikir lagi...
Hm hmmm... udah? Kalo udah, silakan cebok.
----------
Ada maksud penting dari positngan gue kali ini *ceritanya serius
Kita sama-sama tau, orang yang pendidikannya tinggi belum tentu terdidik. Nah, sadar gak sadar, ada pelajaran yang sering kita lupain dalam kehidupan, misalnya ketika kita:
1) di sekolah, kita lebih suka nyari nilai bagus biar dipuji orang tua en guru.
2) di kuliah, kita lebih berorientasi sama nilai UAS atau IPK, dan
3) dunia kerja, kita lebih berharap sama gaji besar dan jabatan yg tinggi
Betul apa betul?
Sadar gak sadar, kita suka menganggap ilmu itu menjadi hal yang belakangan. Padahal, nasihat Arab kuno pernah bilang, "Tuntutlah ilmu sampai ke negeri China.", bukan "Belilah barang yang made in China."
See?
Yang gue bilang bukan sekadar omongan Mario Teguh ya. Tapi gue cuma mengajak, ada yang lebih penting ketimbang indeks prestasi kumulatif, yaitu indeks pendapatan kumulatif. Ya... begitulah ketika gue dapet nasihat dari Bang Ippho.
Ehm, ipeka emang penting, tapi bukan yang utama, asik.
Enggak panjang lebar, pesan gue kali ini, di mana pun kita berada, ada baiknya kita terus belajar, udahgituaja.
Cuz life is so simple, thats why its so complicated.
#Hou!
[end]
izin komen ya... hwekekeke...
BalasHapus1) di sekolah, kita lebih suka nyari nilai bagus biar dipuji orang tua en guru.
---> well, ini bener bgt.. apalagi zman sya dlu pas sd ma smp ad sistem rangking2an.. sya inget tiap abis dibagiin rapot pasti selalu ditanyain ma ortu, "rangking berapa kamu??" ato "ada ikan masnya ga dirapot" *ikan mas means nilai merah alias di bawah 6
2) di kuliah, kita lebih berorientasi sama nilai UAS atau IPK.
---> yup, sya akui.. sya trmasuk tipe yg concern ma nile2 kuliah, kenapa?? karena di kampus sya, transkrip tiap semester itu dikirimin ke rumah2 mhasiswa sama mr.postman.. you know lah min kalo smpe ad nile gaje di transkrip n kebaca ma bokap nyokap.. #kiamatDiRumah ga enak euuy (dlu sya smpet dpt nilai D di satu matkul, raut wjah ortu sya uda kyk apa gituuu)
3) dunia kerja, kita lebih berharap sama gaji besar dan jabatan yg tinggi
---> biasany nie krena kebutuhan hidup.. liat aja tuh ortu2 kita tercinta di rumah pda tercekik ma kebutuhan hidup.. jdiny kita sbg anak pgennya kelak bisa membantu perekonomian keluarga (ditambah lgi ortu kita yg usiany smakin renta dan bkal pensiun).. sya anak pertama dri tiga brsaudara, bokap bntar lagi pensiun dan adek2 masi sekolah.. mw ga mau, sya hrus krja keras biar dpet duit.. knaikan pangkt yg dibarengin kenaikan gaji itulah yg diincer..
sya sependapat dgn quote "Life is so simple, thats why its so complicated".. hidup ini simpel, tpi di balik kata simpel tuh tersirat makna keruwetan.. sya jurusan IT, nah analogikan aja ya.. untuk mmbangun sbuah interface yg mudah ato simple yg bsa dipake user lain, coding nya itu ruwet loooooo... #TrueStory
kenapa bisa ruwet.. karena kita hidup ga sendiri sam, tpi ada brbagai komponen2 yg mndukung hidup kita.. kita bisa kuliah krena ortu, maka berikanlah reward kita ke ortu dgn kuliah yg brjalan lancar dan bisa sukses.. krena manusia lebi berpatokan pada hasil bukan proses suka duka dlam mencapainya... tpi sya percaya, kalo kita bnar2 bersungguh2 dlam belajar (pas kuliah ato kelak setelah lulus ato belajar di setiap lngkah2 yg dijalani dlam hidup ini) hasilny pasti bagus.. Ingat, apa yg kamu tanam, itu yg kmu download #eh #salahFokus
sori kalo komenny ngelantur.. hehehe
ok *gaya dosen bales SMS, simpel
Hapus