New Post

Rss

27 April 2014
Cara Menjawab Pertanyaan "Kapan Lulus?"

Cara Menjawab Pertanyaan "Kapan Lulus?"

Pertanyaan 'kapan' selalu menjadi pertanyaan yang meresahkan, entah itu ketika masih mahasiswa ditanya kapan lulus, udah lulus ditanya kapan kerja, udah kerja ditanya kapan nikah, dan seterusnya.


Efek dari berbagai pertanyaan 'kapan' akan memberikan sebuah bekas, entah yang sifatnya psikis, atau fisik. Yah walaupun nggak semua pertanyaan ini bermaksud ngeledek, tapi biasanya bagi pihak yg ditanya, pertanyaan itu akan selalu terstereotip sebagai pertanyaan yg mengintimidasi.

Hal ini nggak sepatutnya dibiarin, karena makin ke sini, pertanyaan itu akan semakin membuat sakit hati. Mungkin saja, beberapa berita di media belakangan yang membahas mahasiswa yang stres dan atau bunuh diri karena skripsi, bisa jadi disebabkan karena pertanyaan kapan ini.

Serem ya? Serem kan? Please, serem donk serem...

Nah, lewat postingan ini, gue mau berbagi saran gimana caranya menghadapi pertanyaan kapan, terutama kapan lulus, sebagai proteksi temen-temen sekalian dari efek depresi berkepanjangan, semoga bisa membantu.

----

Cara menjawab pertanyaan "Kapan Lulus?" akan dikategorikan secara absurd sebagai berikut,

Cara ekstrem 1 menjawab pertanyaan kapan lulus adalah, tampar yang nanya.

Cara kalem 1 menjawab pertanyaan kapan lulus adalah, berjalan santai ke pangkalan ojeg, nyetop 1 ojeg, pinjem motornya, tabrak yg nanya kapan lulus, dengan kalem.

Cara kalem 2 menjawab pertanyaan kapan lulus adalah, berjalan santai menjauhi yang nanya, sampe yang nanya kesel nanya terus, baru deh jawab, "Maaf, kenal di mana ya?"

Cara kalem 3 menjawab pertanyaan kapan lulus adalah, senyum tulus nggak berdosa, ambil granat dari kantong, pelan-pelan cabut trigger-nya *masih dalam keadaan senyum* kantongin granatnya di kantong yang nanya, berjalan menjauh dengan santai sambil bersiul-siul. BOOMMMM!

Cara cepat menjawab pertanyaan kapan lulus adalah kabur.

Cara sewot menjawab pertanyaan kapan lulus adalah, "Masalah ya buat elo? MASALAH HAH?!" *ngeluarin golok* "MASIH MASALAH HAH?! HAH?! Eh coba-coba kabur... JANGAN KABUR LO! JANGAN LARI LO!" *kejar sampe dapet

Cara ganteng menjawab pertanyaan kapan lulus adalah, pake kaca mata item, ngeluarin shotgun, todong ke yang nanya sambil bilang, "HASTA LA VISTA, BABY"

Hasta La Vista, Baby. Sumber: artflakes.com
Cara aktivis menjawab pertanyaan kapan lulus adalah, nyewa TOA, pasang di kuping yang nanya sambil tereak "HIDUP MAHASISWA!!!"

Cara unyu menjawab pertanyaan kapan lulus adalah, pukul-pukul manja yang nanya... pake kampak.

Cara santai menjawab pertanyaan kapan lulus adalah "nanti".

Cara dangdut menjawab pertanyaan kapan lulus adalah "SUNGGUH TER... LA... LU... !"

Dan sebaik-baiknya cara menjawab pertanyaan kapan lulus adalah, tersenyum tabah sambil bilang, "Sabar ya, doain gue semoga lancar.", yang nanya kamu peluk -biar romantis, dan jangan lupa dompetnya kamu ambil. 

Nah, semoga tips di atas bisa membantu temen-temen dalam menghadapi dunia yg keras ini. Jangan lupa untuk selalu tingkatkan iman dan taqwa, karena Tuhan tidak menilai hamba dari jurusan atau ipeka.
13 April 2014
no image

Gue dan Ujian Nasional

Saat ini lagi hari-harinya menjelang UN, yang jadi hari rempongnya adek-adek SD, SMP & SMA. Tentunya suasana UN begini juga jadi hari rempongnya mahasiswa yang dulu suka koar-koar pengen lulus skripsinya diganti UN aja. Nah, UN-nya udah ada tuh, nggak ikutan?

Ngomong-ngomong soal UN, gue punya cerita ketika pas SMA dulu menghadapi ujian sekolah dan ujian nasional.

Waktu SMA -nyombong dikit, gue adalah siswa yang cukup berprestasi. Bisa dibilang, gue adalah temen andalan bagi ratusan siswa yang mengalami kesulitan ketika menghadapi ujian sekolah, ujian nasional, juga ujian hidup.
"Psst, Sam, nomer 1-40 jawabannya apa?", bisik temen gue, nggak tau diri.
"Bentar. Tolong dengerin, terus langsung tulis ya?"
"Oke, pelan-pelan ya Sam, nanti ketauan."
"Dengerin nih, jawabannya: kanan - kanan - kiri - kotak - bawah - segitiga - bulet - kanan - kiri - atas.", kemudian gue dijejelin stick PS.
Gue pribadi sering merasa aneh sendiri. Pas SD, SMP, SMA, gue adalah murid berprestasi, tapi pas kuliah, gue menjadi mahasiswa yang... tetep berprestasi sih, tapi berprestasi dalam depresi. Nggak jarang juga gue dibego-begoin, ditolol-tololin, ditolak-tolak cewek.

Masih inget pas kelas 3 SMA dulu, seminggu sebelum UN berlangsung, anak-anak bukannya belajar yang tekun, ini malah nyari oknum penjual kunci jawaban. Demi sebuah ijazah kelulusan, murid satu sekolah yang biasanya tawuran sambil jambak-jambakan, bisa kompak ngumpulin uang puluhan juta. Enggak dipungkiri, persahabatan anak sekolah itu lebih utama, beda sama mahasiswa yang sekarang lulu guagua.

Dan, entah gimana caranya, ada aja temen yg punya kenalan oknum dinas pendidikan yang ngejual kunci jawaban tersebut. Alhasil, transaksi itu tidak bisa terelakkan. Strategi pencapaian kelulusan pun dilakukan, ada pembentukan panitia rahasia yang bertujuan untuk mensukseskan semua murid lulus 100%. Pihak guru nggak ada yg tau. Kamuflase kami begitu rapi, bahkan saking rapinya, ibu-ibu kantin mulai ngejualin gorengan lebih banyak, nggak nyambung emang.

Sebagai siswa SMA yang cerdas, polos dan imut, temen-temen sepakat mengajak gue ikutan di tim sukses ini.
"Sam, bantuin kita ya? Elo nggak tega kan kalo cuma elo yg lulus sendirian? Kasihanilah kami Sam.", temen-temen bersujud sambil mencium kaki gue.
"Sancai sancai, berdirilah. Kita akan berjuang bersama.", gaya gue kayak biksu Tong. 
Gue enggak terlibat dalam proses transaksi jual beli, tapi gue dilibatkan sebagai orang yang memastikan 'apakah kunci jawaban yang dibeli, sesuai dengan lembar soal yang asli atau tidak'.

Nasib kelulusan ratusan siswa di sekolah ini, ada di tangan gue. Gue emang hebat. 

---

Hari-H UN pun tiba. Sesuai kesepakatan, setelah Mbig (ketua tim sukses) mendapatkan kunci jawaban dari pihak oknum, kunci jawaban itu dijarkom via SMS ke penanggung jawab kelas di seluruh kelas di sekolah.

Untuk urusan kelulusan, siswa SMA adalah spesies akademisi yang menjunjung tinggi nilai persahabatan. Walaupun caranya sampah, mereka tetep enggak mau temennya gagal lulus ujian. Sangat berbeda dengan mahasiswa, kalo ada temennya lulus duluan, tanpa merasa berdosa mereka suka bertanya, "Elo kapan nyusul?" Seperti kata Ogitu Uchiha, "Temen yang nggak lulus-lulus itu sampah, tapi temen yang ninggalin temen yang nggak lulus-lulus itu jauh lebih buruk dari sampah."

UN hari pertama pun berlangsung. Tim inti udah berkumpul sebelum jam 5 pagi biar bisa sholat Subuh dulu. Kita kumpul di mushola dekat rumah Mbig yang juga kebetulan deket dari sekolah. Entah maksudnya apa kita kumpul di mushola, mungkin biar nyonteknya nanti jadi syariah.

Di sana, kita semua briefing mengatur strategi. Pembagian jobdesk pun dilakukan, Mbig sebagai penerima kunci jawaban, gue sebagai pemasti kunci jawaban, dan Derry (temen gue) bertindak sebagai imam yang memimpin sholat taubat jika kunci jawaban nggak sama.

Suasananya seperti perang kemerdekaan, menegangkan sekali, bahkan saking takutnya nggak lulus, Derry malah nambahin solat subuh dari 2 rokaat jadi 8 rokaat, katanya biar doanya makin makbul,
"Sam, nanti kalo gue dapet kuncinya bakal gue forward ke PJ kelas."
"Oke, terus tugas gue apa?"
"Oiya, elo udah belajar kan?"
"Hmm... udah sih."
"Gud job, nanti kunci jawabannya bakal gue kasih ke elo juga."
"Terus?"
"Nanti pas ujian berlangsung, elo pastikan kunci jawaban itu bener, kerjain aja 1-10 soal."
"Lalu?"
"Kalo elo merasa kunci jawaban dan soal UN-nya SAMA, tolong kasih kode ke gue. Oke?"
"Oke, kodenya apa?"
"Hmm... elo salto-salto di depan kelas."
"Se..serius?"
"Enggak sih. Apa ya? Gue enggak mikir ke situ, hehe.", Mbig gue keplak.
"Gini deh, kalo jawabannya bener, gue bakal pura-pura ngeraut pensil di depan kelas, kalo jawabannya enggak sama, gue bakal gelar sajadah buat solat taubat berjamaah, nanti gue juga panggil Derry jadi imam. How?"
"Bo...boleh boleh.", temen-temen sekelas menganga maksimal. Derry nambah lagi solat subuhnya 10 rakaat.   
Kita masih menunggu SMS kunci jawaban soal, semuanya panik karena takut ditipu, berhubung udah abis puluhan juta, kalo ternyata kunci jawaban enggak ada, uang hilang, kesempatan lulus pun melayang.

Beberapa menit kemudian,
"Titit, titit." (Ini suara SMS hape NOKIA)
"WOY! Kunci jawaban WOY!", teriak Mbig. Derry yang lagi solat khusyuk dan masih di posisi rukuk, tiba-tiba langsung berhenti solat dan lari nyamperin sumber suara.
"Mana?! Mana?! Serius nih serius?!", tanya salah satu temen gue histeris.
"Ya Tuhan, Engkau menjawab doa hamba-Mu.", kata Derry. 
"Sam, kita mengandalkanmu.", puk-puk Mbig.
Singkat cerita, UN pun berjalan sesuai strategi, kita semua lulus UN dan bahagia untuk selama-lamanya. TAMAT.

---

Kita semua tau, kalo tindakan jual beli kunci jawaban UN itu adalah tindakan yang ilegal, dan sangat tidak baik buat kesehatan dompet, karena harganya mahal.

Walaupun enggak terlibat langsung dalam proses transaksi jual beli kunci jawaban UN SMA dulu, gue jadi merasa bertanggung jawab atas temen-temen gue. Gue khawatir mereka menjadi orang yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan ijazah, gelar, atau jabatan di kemudian hari. Gue sadar, yang gue lakukan salah. "Sadarnya kok baru setelah lulus, nyet?!"

Bakal banyak evaluasi kalo kita berbicara pendidikan. Apalagi kasus UN ini udah terjadi dari puluhan tahun ke belakang dan masih ada sampe sekarang, dan peluang kecurangan sulit terelakkan. Tapi, bisa bahaya juga kalo enggak ada solusinya.
"Jadi, kira-kira solusinya apa Sam?"
"Gimana kalo UN diganti skripsi aja?"

Sumber: ultradragonball.wikia.com
5 April 2014
no image

Skripsi dan Karakter

Tau nggak kalo karakter manusia itu dikategorikan jadi 4, yaitu korelis, sanguinis, melankolis, dan plegmatis.

Ya, manusia emang diciptakan dengan perbedaan, tujuannya biar kita bisa saling mengerti. Jadi, bukan cuma wanita saja yang ingin dimengerti, cowok juga mau dimengerti. Ngerti nggak? Gue juga nggak.

Nah, kali ini gue mau sharing tentang "bagaimana karakter mahasiswa ketika mereka ngerjain skripsinya".

(Ini tulisan repost yang gue edit-edit dikit, maklum lagi butek ide buat update blog, jujur banget ya gue? Makanya gunakan hak pilih kalian! Jangan salah pilih! Pilih aku... jadi jodohmu, alah)

Oke,
Perlu diketahui, selama 4 tahun lebih gue belajar memperdalam ilmu (mengerti karakter dan kepribadian) ini dari seseorang.

Konon (jangan dibalik), ilmu ini adalah sejenis ilmu hitam, ya.. ilmu hitam, soalnya gue belajar ilmu ini pas lagi mati lampu (emang nggak penting), tapi... horror kan? Horror kan ya? Plis donk horror... *semprot baigon

Nah, mau tau kan gimana karakter-karakter mahasiswa kalo ngerjain skripsi? Semoga kamu tertarik mengecek karakter kalian setelah membaca tulisan berikut. Cekidot!

1. Korelis
Orang-orang korelis punya karakter yang membara, menggebu-gebu, semangat (kadang over), dan selalu tegas dalam berbicara maupun menulis.

Nah, biasanya ketika orang korelis membuat skripsi, mereka selalu menggunakan tanda seru (!) dan huruf kapital untuk menunjukkan ketegasannya, misalnya kayak gini,

"PENELITIAN INI DILAKUKAN SELAMA 7 BULAN! YAITU PADA BULAN JANUARI HINGGA JULI 2012! PENELITIAN INI SAYA LAKUKAN SENDIRI! NAMUN! ITU BUKAN KENDALA BERARTI DALAM PENELITIAN! KARENA SAYA HARUS SELALU SEMANGAT! HIDUP MAHASISWA!!!!!!!!"

Ciri khasnya, semua tanda baca selalu diganti dengan tanda seru (!), entah itu buat mengakhiri kalimat, untuk bertanya, atau sebagai tanda jeda. Tegas sekali mereka.

2. Sanguinis
Orang-orang sanguinis punya karakter yang ceria, suka menghibur, rame sendiri, ngggak bisa diem dan suka enggak penting. Kebiasaan itu sering dilakukan entah ketika bicara atau menulis. Misalnya kayak gini,

"Dalam melaksanakan penelitian ini, tidak ada kendala berarti yang dihadapi baik pada saat surveillance maupun saat main research. Pokoknya heboh banget deh, masa ya, pas penelitian ketemu sama responden yang aneh banget, hahahaha. Gue nanya apa, dia jawab apa, hahahaha *LOL. Demikian penelitian ini dilakukan, saran dan masukan yang baik sangat diharapkan sebagai rekomendasi penelitian ini, hahahaha uhuk uhuk hoek hoek *keselek kulit duren."

See? Nggak penting kan?

3. Melankolis
Orang-orang melankolis biasanya punya perasaan yang sensitif, punya kepekaan tinggi, dan emosinya suka meledak, nggak jarang mereka sering curcol. Bahkan saking sensitifnya, kalo dapet revisi dari dosen, pundungnya pasti lama. Gimana kalo mereka bikin skripsi? Mungkin kayak gini,

"Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang dilakukan di laboratorium jurusan setempat. Pada saat pelaksanaan analisis, kendala teknis sering terjadi. Tau nggak sih? Gue capek banget nunggu alat-alatnya dipake, soalnya alatnya kan terbatas, jadinya ngantri, terus lama deh, belum lagi kalo analisisnya salah, huhuhu. Sedih banget tau nggak? Udah capek, diomelin pula, mau nangis :'( "

Susah ya jadi orang melankolis. Ckckckck

4. Plegmatis
Orang-orang plegmatis adalah orang-orang yang cinta damai, nggak mau pusing, dan easy going, tapi mereka punya satu kendala, yaitu males.

Begitu juga kalo ngerjain skripsi, mereka lebih suka karya yang apa adanya, kalo salah ngetik juga nggak terlalu dipikir pusing, dan kalo dosen lagi ngomel, mereka cenderung cuek,

"Penelitian ini dilakukan di Departemen Pertaian Kabupaten aTsikmalayah, duh salah ketik, yaudah lanjut aja. Penelitian ini dilakukan selama 1 tahun, yaitu dari tahun 2010 hingga 2011. Kendala yang dialami bukanlah kendala yang berarti. Beberapa data hilang karena kelalaian peneliti, hmm.. yaudah sih, nggak penting juga. Demikian penelitian ini yang dilakukan, kalau mau marah, silakan aja."

Easy going banget kan?

----

Begitulah ke-empat tipe karakter mahasiswa ketika ngerjain skripsi. Nggak ada yang bener dan nggak ada yang salah, karena setiap mahasiswa itu unik, asik.

[end]
Copyright © 2012 Sam & Catatan Akhir Kuliah-nya All Right Reserved