Ngomong-ngomong soal UN, gue punya cerita ketika pas SMA dulu menghadapi ujian sekolah dan ujian nasional.
Waktu SMA -nyombong dikit, gue adalah siswa yang cukup berprestasi. Bisa dibilang, gue adalah temen andalan bagi ratusan siswa yang mengalami kesulitan ketika menghadapi ujian sekolah, ujian nasional, juga ujian hidup.
"Psst, Sam, nomer 1-40 jawabannya apa?", bisik temen gue, nggak tau diri.
"Bentar. Tolong dengerin, terus langsung tulis ya?"
"Oke, pelan-pelan ya Sam, nanti ketauan."
"Dengerin nih, jawabannya: kanan - kanan - kiri - kotak - bawah - segitiga - bulet - kanan - kiri - atas.", kemudian gue dijejelin stick PS.
Gue pribadi sering merasa aneh sendiri. Pas SD, SMP, SMA, gue adalah murid berprestasi, tapi pas kuliah, gue menjadi mahasiswa yang... tetep berprestasi sih, tapi berprestasi dalam depresi. Nggak jarang juga gue dibego-begoin, ditolol-tololin, ditolak-tolak cewek.
Masih inget pas kelas 3 SMA dulu, seminggu sebelum UN berlangsung, anak-anak bukannya belajar yang tekun, ini malah nyari oknum penjual kunci jawaban. Demi sebuah ijazah kelulusan, murid satu sekolah yang biasanya tawuran sambil jambak-jambakan, bisa kompak ngumpulin uang puluhan juta. Enggak dipungkiri, persahabatan anak sekolah itu lebih utama, beda sama mahasiswa yang sekarang
lulu guagua.
Dan, entah gimana caranya, ada aja temen yg punya kenalan oknum dinas pendidikan yang ngejual kunci jawaban tersebut. Alhasil, transaksi itu tidak bisa terelakkan. Strategi pencapaian kelulusan pun dilakukan, ada pembentukan panitia rahasia yang bertujuan untuk mensukseskan semua murid lulus 100%. Pihak guru nggak ada yg tau. Kamuflase kami begitu rapi, bahkan saking rapinya, ibu-ibu kantin mulai ngejualin gorengan lebih banyak, nggak nyambung emang.
Sebagai siswa SMA yang cerdas, polos dan imut, temen-temen sepakat mengajak gue ikutan di tim sukses ini.
"Sam, bantuin kita ya? Elo nggak tega kan kalo cuma elo yg lulus sendirian? Kasihanilah kami Sam.", temen-temen bersujud sambil mencium kaki gue.
"Sancai sancai, berdirilah. Kita akan berjuang bersama.", gaya gue kayak biksu Tong.
Gue enggak terlibat dalam proses transaksi jual beli, tapi gue dilibatkan sebagai orang yang memastikan '
apakah kunci jawaban yang dibeli, sesuai dengan lembar soal yang asli atau tidak'.
Nasib kelulusan ratusan siswa di sekolah ini, ada di tangan gue. Gue emang hebat.
---
Hari-H UN pun tiba. Sesuai kesepakatan, setelah Mbig (ketua tim sukses) mendapatkan kunci jawaban dari pihak oknum, kunci jawaban itu dijarkom via SMS ke penanggung jawab kelas di seluruh kelas di sekolah.
Untuk urusan kelulusan, siswa SMA adalah spesies akademisi yang menjunjung tinggi nilai persahabatan. Walaupun caranya sampah, mereka tetep enggak mau temennya gagal lulus ujian. Sangat berbeda dengan mahasiswa, kalo ada temennya lulus duluan, tanpa merasa berdosa mereka suka bertanya, "Elo kapan nyusul?" Seperti kata Ogitu Uchiha, "
Temen yang nggak lulus-lulus itu sampah, tapi temen yang ninggalin temen yang nggak lulus-lulus itu jauh lebih buruk dari sampah."
UN hari pertama pun berlangsung. Tim inti udah berkumpul sebelum jam 5 pagi biar bisa sholat Subuh dulu. Kita kumpul di mushola dekat rumah Mbig yang juga kebetulan deket dari sekolah. Entah maksudnya apa kita kumpul di mushola, mungkin biar nyonteknya nanti jadi syariah.
Di sana, kita semua
briefing mengatur strategi. Pembagian jobdesk pun dilakukan, Mbig sebagai penerima kunci jawaban, gue sebagai pemasti kunci jawaban, dan Derry (temen gue) bertindak sebagai imam yang memimpin sholat taubat jika kunci jawaban nggak sama.
Suasananya seperti perang kemerdekaan, menegangkan sekali, bahkan saking takutnya nggak lulus, Derry malah nambahin solat subuh dari 2 rokaat jadi 8 rokaat, katanya biar doanya makin makbul,
"Sam, nanti kalo gue dapet kuncinya bakal gue forward ke PJ kelas."
"Oke, terus tugas gue apa?"
"Oiya, elo udah belajar kan?"
"Hmm... udah sih."
"Gud job, nanti kunci jawabannya bakal gue kasih ke elo juga."
"Terus?"
"Nanti pas ujian berlangsung, elo pastikan kunci jawaban itu bener, kerjain aja 1-10 soal."
"Lalu?"
"Kalo elo merasa kunci jawaban dan soal UN-nya SAMA, tolong kasih kode ke gue. Oke?"
"Oke, kodenya apa?"
"Hmm... elo salto-salto di depan kelas."
"Se..serius?"
"Enggak sih. Apa ya? Gue enggak mikir ke situ, hehe.", Mbig gue keplak.
"Gini deh, kalo jawabannya bener, gue bakal pura-pura ngeraut pensil di depan kelas, kalo jawabannya enggak sama, gue bakal gelar sajadah buat solat taubat berjamaah, nanti gue juga panggil Derry jadi imam. How?"
"Bo...boleh boleh.", temen-temen sekelas menganga maksimal. Derry nambah lagi solat subuhnya 10 rakaat.
Kita masih menunggu SMS kunci jawaban soal, semuanya panik karena takut ditipu, berhubung udah abis puluhan juta, kalo ternyata kunci jawaban enggak ada, uang hilang, kesempatan lulus pun melayang.
Beberapa menit kemudian,
"Titit, titit." (Ini suara SMS hape NOKIA)
"WOY! Kunci jawaban WOY!", teriak Mbig. Derry yang lagi solat khusyuk dan masih di posisi rukuk, tiba-tiba langsung berhenti solat dan lari nyamperin sumber suara.
"Mana?! Mana?! Serius nih serius?!", tanya salah satu temen gue histeris.
"Ya Tuhan, Engkau menjawab doa hamba-Mu.", kata Derry.
"Sam, kita mengandalkanmu.", puk-puk Mbig.
Singkat cerita, UN pun berjalan sesuai strategi, kita semua lulus UN dan bahagia untuk selama-lamanya. TAMAT.
---
Kita semua tau, kalo tindakan jual beli kunci jawaban UN itu adalah tindakan yang ilegal, dan sangat tidak baik buat kesehatan dompet, karena harganya mahal.
Walaupun enggak terlibat langsung dalam proses transaksi jual beli kunci jawaban UN SMA dulu, gue jadi merasa bertanggung jawab atas temen-temen gue. Gue khawatir mereka menjadi orang yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan ijazah, gelar, atau jabatan di kemudian hari. Gue sadar, yang gue lakukan salah. "
Sadarnya kok baru setelah lulus, nyet?!"
Bakal banyak evaluasi kalo kita berbicara pendidikan. Apalagi kasus UN ini udah terjadi dari puluhan tahun ke belakang dan masih ada sampe sekarang, dan peluang kecurangan sulit terelakkan. Tapi, bisa bahaya juga kalo enggak ada solusinya.
"Jadi, kira-kira solusinya apa Sam?"
"Gimana kalo UN diganti skripsi aja?"
 |
Sumber: ultradragonball.wikia.com |