New Post

Rss

29 Oktober 2014
Tips UTS/ UAS

Tips UTS/ UAS

Lagi ujian ea? Ye-elaaa, masih aja ngikutin begituan bro, pasti kamu belom baca tulisan gue yang ini ya -- UTS itu nggak penting!

Udah baca? Apa!? Belom!
Oke, nanti dibaca ya.

Anyway, kamu pasti sepakat dengan ini, ikutan ujian kuliah itu nggak sehat loh buat kesehatan ingatan. Nggak percaya? Faktanya, ketika kamu udah belajar banyak tentang materi ujian yang mau diujiankan, tapi pas berhadapan langsung dengan soal ujiannya, kamu langsung menderita amnesia? Iya kan? Ini bahaya loh, lama-lama kamu bisa lupa gimana caranya eek.

Tapi kalo kamu memang tetep mau memperjuangkan ujian kuliah kamu untuk menghabiskan duit mambanggakan orang tua, gue udah siapin nih tips-tips-nya. Ini dia!

Catatan: Mohon diperhatikan, penulis tidak bertanggung jawab atas nilai yang akan Anda dapat, efek samping mungkin terjadi. Jika sakit berlanjut, hubungi dokter.

1. Sugesti diri
Munurut literatur, sugesti adalah therapy stimulasi alam bawah sadar dengan stimulus persuasi sedemikian rupa, sehingga orang yg tersugesti akan menderita amnesia dan kemudian muntah-muntah. Oke, ini nggak bener.

Anyway, pernah ngeliat ketika Rommy Rafael lagi menghipnotis orang? Itu disebut hypno-therapy. Teknik ini bisa banget dipelajari dan caranya juga gampang, sangat bermanfaat untuk mensugesti diri sendiri biar siap menghadapi ujian kuliah, maka sesaat sebelum ujian, sugestilah diri kamu,
"Ujian itu enggak sulit, ujian itu enggak sulit, ujian itu bikin sembelit... "
Hal ini jika dilakukan dengan benar, pasti bakal berhasil, karena menurut pepatah lama, "You are what you think", apa yang kita focuskan dalam pikiran, akan sangat mendukung kepada hal yang akan kita lakukan.

Oiya, teknik ini punya efek samping, ada satu hal yang perlu kamu perhatikan -ini paling penting, biasanya kalo orang setelah dihipnotis Rommy Rafael, kemudian mereka ngapain? *tidur

2. Jangan lupa!
Nyesek adalah ketika kita sudah belajar banyak materi ujian, ternyata pas ujian soalnya nggak keluar. Lebih nyesek lagi, ketika apa yang sudah kita baca keluar di soal ujian, eh malah ingatan kita yang nggak bisa keluar. *ingatannya sembelit

Gue selalu curiga dengan keadaan seperti ini, ja...jangan-jangan,


Oke, ini masih menjadi konspirasi,

Terlepas dari hal di atas, begitulah cara otak manusia bekerja. Cara kerja otak manusia itu mirip hard-disk komputer, kalo kebanyakan muatan, bikin sering not responding. Untuk itu, biar otak nggak sering lupa, ini tipsnya,
"Banyak baca banyak lupa, sedikit baca sedikit lupa, tidak baca tidak lupa."
3. Jangan nyontek!
Sebagai mahasiswa intelek, sekali-kali kita nggak boleh nyontek! Itu perbuatan yang tidak terpuji, maka, menyonteklah dua kali, tiga kali, 4, 5, 6, atau 7 kali, karena menyontek sesekali itu nanggung.

4. Kerjakan soal yang gampang dulu
Biasanya guru, dosen, atau pengawas suka bilang, "Kerjakan soal yang paling mudah."

Itu bener banget. So, kerjakanlah soal yang bisa diisi dengan mudah, misalnya nama sama NIM. Setelah itu... terserah Anda.

5. Be smart!
Nah, biasanya ada aja soal yang dengan pernyataan kayak gini,
"Saya yang bertanda tangan di bawah ini berjanji dan bersumpah untuk tidak mencari dan memberi jawaban kepada sesama peserta selama ujian berlangsung. Seandainya saya melanggar, saya bersedia menerima konsekuensi sesuai peraturan yang berlaku."
Horror banget kan?
Santai santai. Gue menyarankan biar menandatangai pernyataannya pas mau selesai ujian aja. Jadi kalo ketahuan nyontek atau ngasih jawaban pas lagi ujian, kita punya alesan,
"Hei Sam, kamu nyontek ya? Kok kamu enggak tanda tangan pernyataannya?!"
"Oh belom Pak, saya tanda tangannya kalo nyonteknya udah selesai aja."
*dibuang ke jurang
6. Posisi menentukan prestasi
Nah, ini nih. Prinsip ini berlaku bagi seluruh mahasiswa di Indonesia, udah SNI. Posisi menentukan prestasi, ini bener banget!

Eits, SALAH BESAR kalo kamu berpikir gue akan memberikan saran biar kamu bisa di antara mahasiswa-mahasiswa pinter, atau duduk di bangku belakang biar lebih gampang buka contekan, atau duduk di depan di pangkuan dosen pengawas.

Kalo tujuan kamu mencari posisi duduk yang strategis hanya untuk bisa aman bertanya jawaban ke teman, trick itu udah terlalu mainstream. Cara itu udah lama ditinggalkan mahasiswa-mahasiswa gaul, karena jawaban dari teman sebelah belum tentu benar, malah kadang ngasih jawaban yang salah,
"Ssst, ssst, bro bro, jawaban nomer 1 sampe 40 donk."
"Gile kali lo Sam!? Itu nanya apa ngebetak!?"
"Yaudah, nomer 1-5 aja."
"Oke, dengerin baik-baik."
"Oke."
"Jawabannya: kanan-kiri-bawah-segitiga-kotak."
"KAMPRET!" *lempar PS3
Jangan tiru trick lama yang sering tidak berhasil ini, cobalah untuk mulai mempercayai diri kemampuan sendiri, percaya dirilah ... untuk bertanya jawaban ke dosen pengawas.

7. Baca soalnya dengan jelas
Pernah waktu ujian, gue merasa menjadi mahasiswa yang terdzolimi. Ada soal sebanyak 10 soal essay. Kemudian, gue kerjain semua soal dengan semangat, eh pas gue cek perintah soalnya, ada kalimat seperti ini, "Kerjakan nomer 9 dan 10 saja". *soalnya gua makan

Satu lagi jenis soal yang biasa ditemukan di ujian, "Bagaimana pendapatmu tentang... "

Nah, untuk jenis pertanyaan kayak ini, kita berhak mengarang bebas. Kalo pun jawaban kamu nanti disalahin, berarti bener bahwa negara ini tidak lagi menjunjung tinggi kebebasan berpendapat. *lapor Kak Seto

8. Bawa kamera
Bagi mahasiswa yg tetiba nge-blank ketika berhadapan dengan soal ujian, respon hormonal dalam tubuh menstimulasi organ tubuh sehingga terjadilah reaksi seperti pusing, bingung, cemas, deg-degan, bahkah depresi. Janganlah memaksakan diri.

Untuk itu, setiap kali kamu mau ujian, kamu disarankan membawa kamera, biar nanti ketika kamu nggak kuat dengan pertanyaan ujian, kamu bisa melambaikan tangan ke kamera,
"Mas, nyerah mas, nggak kuat mas! Mas? Mas? Tolong mas, tolong!!!" 
9. Bawa rumput
Gue menyarankan, ketika kamu UTS, UAS, atau sidang, bawalah selalu satu buah pot bersama rumputnya dari rumah. Hah? Rumput? Iya, tujuannya adalah, ketika kamu merasa bingung karena soal atau pertanyaan yang susah, coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang, dudududuuuu...

Kalo rumputnya nggak bergoyang gimana Sam? Jangan panik, setel aja lagu dangdut.

10. Berdoa dan berusaha sebaik-baiknya
"Belajar tanpa berdoa itu ciri manusia sombong, berdoa tanpa belajar itu ciri manusia yang niat mau nyontek."

Nah, berdoa itu penting, libatkanlah Tuhan ketika ujian. Mungkin kita nggak sadar, ternyata ketika kita lupa dan diingatkan pas ngerjain soal, atau ketika soal ujian persis sama dengan apa yang kita pelajari, semua itu karena pertolongan Tuhan.

Kerjakan dengan upaya sendiri, karena walaupun nilai kita nggak tinggi, kita punya kebanggaan untuk mempertahankan kejujuran, tsah.

Bangsa ini udah banyak orang-orang yang pinter, tapi bangsa ini kekurangan orang-orang yang bener.



[end]
25 Oktober 2014
Pendidikan & Dunia Kerja

Pendidikan & Dunia Kerja

Yea, update blog lagi.

Sekarang lagi minggu-minggunya UTS ya? Ye-elah, ngapain ikutan UTS? UTS kan bikin stres, mending main PS. Problem?

Gue mau terang-terangan berbagi wawasan tentang sesuatu yang nggak lazim. Tulisan ini gue buat didukung dengan data, sehingga kita bisa meninjau ulang jawaban dari pertanyaan berikut: sebenernya UTS/UAS itu penting nggak sih? Atau bahkan, sebenernya kuliah itu penting nggak sih?

Sebagian besar orang akan mengatakan itu penting, tapi setelah baca tulisan ini, apakah kamu akan berubah pikiran?

Tulisan kali ini bakal menuai kontradiktif, tapi perlu gue sampaikan di awal, gue nggak bermaksud memprovokasi sebuah perdebatan. Ini murni sudut pandang gue dan sangat mungkin temen-temen punya pendapat lain. Bagi kamu yang nggak kuat, silakan minum iRex.

---

'Education these days'

, gue searching kata kunci ini di Google, dan dapet gambar kayak gini, not disappointed.


Agree with that? Kalo aku sih yes, nggak tau kalau Anang. *anang mana anang

Kalo gue bilang bahwa kuliah itu seperti mesin fotocopy yang mencetak lulusan dengan keahlian dan kemampuan yang sama, apakah temen-temen sepakat atau ngerasa?

Itu adalah pendapat Robert Kiyosaki dalam bukunya Rich Dad Poor Dad, dan gue sepakat, kuliah emang begitu. Dan mungkin ini adalah salah satu sebab kenapa event-event Job Fair selalu membludak dengan pengangguran-pengangguran yang nyari kerja, karena ribuan orang yang punya kemampuan sama tadi, saling bersaing mengisi satu posisi pekerjaan yang sama. Analoginya kayak gini, dalam satu kampus, ada 1000 cowok culun yang suka sama 1 cewek cakep, kemudian mereka semua saling bacok dan saling bunuh buat ngedapetin 1 cewek yang belum tentu cocok sama mereka. Cukup menyakitkan bukan?

Back to the pic,
Kalo ngeliat gambar di atas, kuliah jaman sekarang digambarkan persis kayak gitu, di mana setiap orang pada awalnya punya kreatifitasnya masing-masing, tapi ketika masuk ke sistem yang disebut universitas, kreatifitas mereka di-setting dan 'dibentuk' dengan shape yang sama untuk setiap orang. Gue jenius ya?

Dan entah kenapa, ketika kreatifitas mahasiswa tanpa sadar sudah dikotak-kotak-kan oleh mereka, dosen-dosen meminta kita untuk berpikir out of the box. Jebakan betmen banget nggak sih?

---
"Sam, besok UTS, ke perpustakaan yuk?"
"Ngapain? Belajar? Gue belajar di kosan aja deh."
"..."
"Sam, main futsal yuk?!"
"HAYUK!!"
*gue disepak
Gue adalah tipe mahasiswa yang ketika besok ada UTS, di saat bersamaan ada ajakan futsal, kemudian temen ngajakin main FIFA, dan gebetan ngajak belajar bareng, maka hal yang gue lakukan adalah: nyari gebetan baru, ngajak temen yang ngajakin main FIFA untuk main futsal, dan bersikap seolah-olah besok nggak ada ujian. Okesip.

Sorry to say, gue nggak pernah memprioritaskan UTS sebagai pilihan pertama ketika dihadapi pilihan sulit. Bahkan ketika besok gue harus sidang skripsi, malemnya gue main futsal. Gue seriusan. Gue serius udah sidang.

Futsal atau FIFA itu mengajarkan team work dan berpikir strategis, sedangkan ujian/skripsi mengajarkan kerja individu yang bikin stress, padahal untuk mencapai kesuksesan di masa depan, team work dan berpikir strategis itu jauh lebih dibutuhkan. Dan orang pintar, tau kesimpulannya apa.

Bagi yang belum percaya karena belum ngalamin, percayalah, nilai di atas kertas nggak jauh lebih penting daripada persahabatan.

Banyak yang bilang, networking itu lebih penting daripada nilai atau IPK, kurang lebihnya -itu betul, dan dengan begitu, sebaik-baiknya networking adalah persahabatan. Kenapa bisa begitu? Karena besar kemungkinan, satu atau dua dari banyak temen kita, di kemudian hari akan berhasil, dan jika kita bisa menjalin persahabatan yang baik dengan mereka, tentunya kita juga kecipratan kesuksesannya, entah itu rekomendasi kerja, atau sekedar ngutang duit, okesip. Dan selalu ingat, sahabat yang baik nggak pernah menjerumuskan satu dengan yang lainnya, tapi sepakat untuk menjerumuskan teman yang lain sama-sama. Iya, emang nggak nyambung.

Oke, lupakan sejenak bahasan gue di atas, balik lagi ke perihal UTS,

Entah siapa pertama kali yang nemuin metode UTS/UAS ini. Seandainya saat ini mesin waktu berhasil ditemukan, pasti gue akan pake mesin waktu itu untuk pergi ke masa lalu nyari penemu UTS/UAS, kemudian setelah ketemu, gue bakal ngajakin dia main FIFA, pasti dunia saat ini akan jauh lebih baik.

Kuliah itu seperti memperjuangkan cinta yang belum tentu terbalas, kalaupun berhasil, kemungkinannya kecil. Mmm, maksudnya begini,

Ada sebuah penelitian di Harvard, yang meneliti secara kualitatif tentang presentasi materi kuliah yang berhasil dipahami oleh mahasiswa, angka rata-ratanya adalah hanya 15%. Jadi, ketika kita belajar selama 4 tahun standar kuliah, dalam waktu selama itu, dari semua diktat kuliah yang kita pelajarin, dari semua bahan kuliah yang kita fotocopy, dari semua uang SPP yang kita bayarkan, ternyata cuma berefek 15% meningkatkan pemahaman kita terhadap ilmu pengetahuan. Sisa 85%-nya kemana? Ngebul bersama stres yang kita alami. (Data ini gue peroleh dari membaca buku di sebuah toko buku, yang sayang sekali nggak gue inget judul bukunya apa dan pengarangnya siapa. Bagi pembaca yang menemukan data ini dengan sumber yang lebih akurat, silakan sampaikan ke gue.)

Risetnya masih berlanjut, di dunia pasca kuliah, dari angka 15% materi yang kita pahami di atas, ternyata cuma 20% yang kepake saat kerja atau usaha.

Sekarang silakan ambil kalkulator, kemudian timpuk dosen pembimbing, eh maksudnya itung, dan kamu akan mendapatkan sebuah angka yang menunjukkan bahwa materi kuliah yang bakal bener-bener kepake di dunia kerja, ternyata cuma 3%. Wew, by all this time, we screwed up, right?

Mungkin alasan Bill Gates dan Mark Zuckenberg memilih DO dari Harvard, karena nggak sengaja membaca riset di atas di perpustakaan kampus mereka sendiri.
"Anjrit, jadi selama ini gue dikibulin?", kata Mark ngomong sendiri di perpus.
"Elo baca buku apaan, Mark?", tanya temennya.
"Oh kagak. Hehehe."
Mark kemudian meminjam buku riset itu, dia bawa pulang, kemudian dia bakar biar nggak ada orang yang tau, besoknya dia DO, dan jadi orang kaya. Beberapa tahun kemudian, ternyata buku tersebut nggak semua bagian hangus terbakar, tapi menyisakan beberapa lembar berisi riset seperti yang dibahas di awal.
"Oh, DAMN!", Mark menggerutu. TAMAT.
Sumpah! Cerita di atas kalo dibuat film, bakal box office abis. Semoga CAK The Movie juga box office, hehe.

Nah, kita udah tau ada data begituan, orang-orang sukses juga banyak yang bilang, dan kecenderungan orang dengan IPK tertentu, juga banyak membuktikan kalo:
1) Sarjana ber-IPK > 3,5 biasanya jadi dosen atau saintis.
2) Sarjana ber-IPK 2,8-3,5 biasanya jadi pegawai, dan
3) Sarjana ber-IPK < 2,8 biasanya jadi CEO. 
Itu adalah data subjektif, tapi coba kamu amati sekeliling kamu, temen-temen kamu, saudara-saudara kamu, tokoh-tokoh inspiratif kamu, dan lain-lain. Kebanyakan kayak gitu nggak? Kalo gue, iya.

Melihat kenyataan itu, gue masih ngerasa nggak habis pikir, tetep aja masih banyak mahasiswa yang menganggap IPK itu di atas segalanya, dan masih banyak yang menganggap mengejar nilai bagus pas ujian itu lebih baik daripada mengejar passion-nya. Dan jika kamu adalah orang seperti ini, atau kamu bertemu dengan temen yang seperti ini, bisa dipastikan kamu/mereka adalah mahasiswa yang kurang gaul, dan kurang wawasan.

Itulah kenapa gue mengibaratin kuliah seperti memperjuangkan cinta yang belum tentu terbalas. Maksudnya, daripada memperjuangkan sesuatu hal yang kamu nggak senang dengan itu, mending memperjuangkan sesuatu yang kamu senang dan kamu bahagia untuk itu. Ngerti nggak? Gue juga nggak.

---

Setelah lulus kuliah, kita akan diperlihatkan dengan berbagai kenyataan-kenyataan pahit. Mata kita akan benar-benar terbuka bahwa, apa-apa yang dulu kita perjuangkan, ternyata nggak penting.

Temen gue yang dulu lulus dengan nilai tinggi, setelah lulus pendapatannya masih lebih tinggi temen gue yang nilainya jongkok. Pesan moral: IPK nggak usah gede-gede, kalo penghasilannya kecil kan nyesek. 

Jaman sekarang juga masih banyak orang yang mendewakan gelar, kuliah macem-macem buat manjangin nama, tapi pas di dunia kerja, dia digaji sama besar kayak orang yang punya satu gelar. Kesian dia. Seandainya Mak Erot masih hidup, mungkin dia nggak perlu manjangin nama dengan segitunya. Kesian.

Gue nggak pernah bilang bahwa IPK itu nggak penting, IPK itu penting untuk mendaftar beasiswa atau melamar pekerjaan, karena IPK itu syarat yang susah ditoleransi. Tapi ketika kita nggak bisa mencapai IPK yang kita harapkan, nggak perlu membuang waktu atau uang untuk memperjuangkan, karena kalo kita berpikir bahwa IPK itu segalanya, itu termasuk syirik kecil, men-Tuhan-kan angka, dosa, tsah.

Selalu ingat, Tuhan udah menciptakan manusia sepaket dengan kelebihan dan kekurangan, dan tugas kita sebagai manusia di dunia, bukan untuk memperbaiki kekurangan, tapi mengoptimalkan kekuatan.

Sebentar, sebentar, mau batuk keren dulu, uhuk.

Saran: banyak-banyak baca buku yang menyenangkan dan bermanfaat, gue juga mau lakukan hal yang sama, kemudian jauhi perdebatan, karena berdebat adalah ciri-ciri orang yang kurang wawasan.

Ow yea,  I'll give you something, it tells everything, 



Happy learning! Selamat ujian, sukses selalu :)
17 Oktober 2014
3 Doa Mahasiswa Tingkat Akhir

3 Doa Mahasiswa Tingkat Akhir

Pernah tau nggak gimana rasanya kalo gebetan kita lulus duluan?

Gue pernah. Rasanya parno banget.

Bagi yang pernah ngerasain hal kayak gini, pasti ngerti keparnoan yang gue alami. Bagi yang belum ngerasain, buruan dukung gebetan kamu lulus, sementara kamu lama-lamain aja di kampus, okesip.

Semasa gue jadi mahasiswa tingkat akhir, selain takut gebetan lulus duluan, gue lebih takut lagi ketika kebayang sebuah pikiran yang 'nggak-nggak', apalagi ketika ada orang yang manas-manasin kayak gini,


Nggak dipungkiri, seseorang yang lulus duluan punya peluang yang lebih besar segera mapan daripada mereka yang nggak lulus-lulus. Karena peluang kemapanan yang tinggi, otomatis peluang untuk ngelamar orang juga akan sebanding lurus. Ini udah diteliti oleh cowok-cowok yg akhirnya bunuh diri setelah ditinggal nikah. (ANOVA <0,05)

Ketika dulu pas jadi mahasiswa tingkat akhir, ada tiga doa yang selalu gue panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, yaitu: 1) Ya Tuhan, luluskan aku segera, 2) Ya Tuhan, lindungi dia dari lamaran pria mapan, dan 3) Ya Tuhan, kalo dia udah dilamar orang, semoga jodohku Chelsea Islan. *troll

Anyway, ada sebuah siklus setan yang sering terjadi di kalangan mahasiswa tingkat akhir,


Siklus di atas ini bahaya banget kalo nggak diantisipasi, karena akan sangat berdampak buruk bagi kesehatan badan, psikologi, juga dompet. Nah, bagi kamu yg nggak ngerti gambar di atas, setelah paragraf ini, gue akan ngetik "pembahasan dari siklus setan di atas."

"pembahasan dari siklus setan di atas."

Ngerti nggak pembahasannya?

Mungkin ada benarnya ketika orang yang bilang, "1 hari menunda skripsi, 1 hari juga menunda menikah." Ya, walau beberapa orang bilang kalo kata-kata itu nggak benar, tapi satu yg bisa dipastikan benar, yaitu, orang yg ngomong begitu, pernikahan dia pasti udah ketunda-tunda. Kesian dia, kesian.

Intinya, siklus setan di atas itu sangat perlu di antisipasi biar kebanyakan mahasiswa tingkat akhir bisa lepas dari belenggu kegalauan yg nggak produktif. Nah, ada beberapa cara nih untuk memutus siklus setan di atas, antara lain: 1) buruan kerjain skripsi, lulus -terus mapan, 2) banyak-banyak berdoa biar gebetan nggak dilamar-lamar, 3) move on, dan 4) lompat monas.

Dan karena pilihan pertama dan ketiga itu terlalu susah, juga yg keempat itu kurang menantang, akhirnya, gue cuma bisa ngelakuin pilihan yang kedua. Tapi ketika kita harus pasrah dengan gebetan kita yang akhirnya dilamar orang duluan, setidaknya ada sisi positifnya, yaitu, kita menjadi pribadi yg lebih relijius.

Kita sama-sama tau, semua doa kita nggak selamanya dikabul oleh Tuhan (di dunia), tapi Tuhan selalu kasih pengganti yg lebih baik. Mungkin ketika di akherat nanti, saat disidang oleh Tuhan,
"Sam, sebenernya kamu itu ditakdirkan masuk neraka, tapi karena kamu sering berdoa kepada-Ku, kamu akan Ku-masukkan ke surga."
"Memang, doa apa yg bisa membawaku ke surga-Mu, Ya Tuhan?"
"Doa ketika kamu memohon supaya gebetan kamu nggak dilamar-lamar."
"Alhamdulillah. Terima kasih Ya Tuhan."
-udah ah, semoga postingan ini nggak ada manfaatnya/

Oiya! CAK The Movie lagi on-progress siap-siap buat shooting di bulan November, kepoin info updatenya dgn follow twitter @CAKTheMovie ya.
Copyright © 2012 Sam & Catatan Akhir Kuliah-nya All Right Reserved