Mahasiswa jangan Muna
Jangan jadi mahasiswa yang kayak (maaf) anjing.Anjing itu, mau maling yang lewat digonggongin, ustad yang lewat digonggongin, pastur yang lewat digonggongin, dosen lewat dia minta tanda tangan. "Pak? ACC dong Pak."
Kemaren lagi heboh wakil ketua DPR kita yang keliatan lagi ikutan tim kampanye Trump di USA, beserta para puluhan jajarannya yang juga keliatan lagi field-trip ke Amerika, entah lah itu pake duit sendiri apa pake duit rakyat, atau jangan-jangan pake duit SPP kuliah anak-nya.
Foto mereka menebarkan ekspresi bahagia, sedangkan rakyat mereka sendiri lagi sakit tenggorokan karena polusi udara di negeri sendiri. Bisa dibayangkan dosa mereka seperti apa ketika di neraka nanti, mungkin ketika mereka disiksa di neraka, rakyatnya ngeliatin mereka sambil minum capuccino cincau, "Panas coy di neraka? Sini gue kipasin. Bentar bentar, ngabisin ini dulu. Sruput."
Cuma kali ini gue nggak mau ngebahas itu karena udah banyak tulisan yang ngebahas betapa tega-nya mereka berbahagia di atas penderitaan rakyat sendiri. Tapi kali ini, gue mau bahas tentang masa lalu mereka yang juga pernah menjadi mahasiswa: yang pernah nyontek, yang pernah ditolak gebetan, yang pernah keluar WC gak bayar, juga yang telat lulus, dan lainnya.
DAN MEREKA JUGA NGEDEMO PEMERINTAHAN YANG DULU!
![]() |
Gambar dari Republika.co.id |
Ehm,
Emang nggak semua anggota dewan kita kayak begitu, tapi emang beneran munafik kalo ternyata mereka dulunya mahasiswa yang berdiri paling depan pengin memberantas pemerintahan yang bejat, eh ketika mereka berhasil duduk di bangku jabatan, mereka juga jadi kayak tai. Mau dibayangin gimana mereka nanti di neraka? Gak usah.
Makanya, jangan jadi mahasiswa yang gitu, yang kerjanya teriak teriak, tapi ketika dikasih makanan sama yang diteriakin, diem.
"Tapi anjing gue nggak gitu, Sam.", nah berarti masing mendingan anjing elu.
Maap, tulisan ini emang terbaca sangat sarkas, hehe. Oke, gue ngadem dulu.
-
Anyway, sekali lagi gue berpendapat bahwa gerakan mahasiswa yang melakukan aksi (turun ke jalan) itu banyak non-sense-nya kalo dilihat dari sudut pandang objektif, sorry no offence.
Pastinya temen-temen yang suka aksi akan kecewa membaca ini, tapi percayalah, gue dulu juga mahasiswa yang suka aksi turun ke jalan, orasi? Bukan, tapi jualan cimol.
Ketika mahasiswa, gue juga berpendapat bahwa turun ke jalan itu penting, titik. Penting karena aksi -bagi mahasiswa pergerakan- dianggap sebagai sarana untuk menyalurkan aspirasi masyarakat dan sebagai kontrol kebijakan pemerintah. Coba aja tanya ke mahasiswa sekarang, pasti jawabannya masih begitu.
Statement kayak gitu masih berlaku kalo kamu hidup di angkatan 98. Demo atau aksi ketika di masa itu, bisa dikatakan gerakan yang ngefek pada masanya, tapi kalo jaman sekarang masih juga pake metode kayak gitu, itu ibarat kamu hidup di jaman orang udah make iOs 9 atau Andoid Marsmellow, tapi kamu masih pake hape Java.
Masih banyak juga sih orang yang make hape Java, but come on, katanya mahasiswa itu kaum intelek. Seharusnya wawasan aksinya selain harus kritis, juga harus kreatif, fun, update, inovatif, dan konkret. Mau contoh? Bikin komik, bikin aset digital, atau masih buanyak lagi, kan sekarang jamannya melek teknologi.
Ironi
Gue punya temen yang dulu selalu rajin orasi dalam menentang kebijakan pemerintah, udah gitu bawa-bawa anti-Amerika lagi. Tapi setelah lulus, dia kerja jadi agen MLM produk pelangsing badan Amerika. WTF?!
Temen gue juga banyak yang jadi PNS dan bahkan masih menunggu test CPNS setiap tahun, padahal dulu mereka sangat menentang pemerintah. Itu kan sama aja kayak elu marah-marahin orang tua, tapi pengin dapet duit jajan.
Belum lagi mahasiswa yang dulu nasionalis, pas lulus malah kerja di perusahaan asing.
Mahasiswa dalam menghadapi dunia sebenernya, memang harus membenahi niat dan tekad, karena idealisme ketika dihadapi dengan dunia yang real nggak jarang akan bertolak belakang. Sarjana-sarjana yang dulu sangat idealis pengin membuat negeri ini lebih baik, semangat itu akan ditantang dengan tuntutan psikologis dan kebutuhan ekonomi ketika lulus nanti.
Makanya, bagi temen-temen yang sekarang sangat panas pengin aksi dan menentang pemerintah, coba berpikir panjang, apakah nanti ketika lulus dan berkiprah di dunia kerja, masih tetap bisa idealis? Atau aksi-nya saat ini cuma ikut-ikutan aja dan cuma pengin aktualisasi diri?
Kalo memang begitu, ya masih mending mahasiswa yang kerjaannya kuliah-pulang-repeat, seenggaknya mereka nggak muna. Ada juga yang beranggapan akan lebih baik jika kita mau 'menentang' pemerintah dengan membuat karya dan prestasi. Itu baik juga, tapi dari semuanya masih ada satu hal yang lebih penting, yaitu..
kemantapan mental, kenapa? Karena banyak mahasiswa kita yang pintar, sayangnya kurang peduli dan lemah motivasi, contohnya? Mahasiswa yang kuliah dan lulus di luar negeri tapi nggak mau pulang, alasannya karena pemerintah nggak mendukung. Pemerintah lagi, pemerintah lagi, hehe. Lebih parah lagi mahasiswa yang nggak punya prestasi dan ikut-ikutan biar dikira peduli, contohnya, mahasiswa yang aksi, tapi setelah lulus jadi agen MLM, pft.
Maaf banget kalo gue disangka sotoy atau omdo, tapi izinkan gue berpendapat, kalo temen-temen mau berkontribusi, sebaiknya tanpa harus mengharapkan orang lain, jalan aja dulu, konkret aja dulu, apresiasi nanti juga akan dateng sendiri, mau contoh? Contohlah eyang Habibie, kita tau beliau yang nggak didukung pemerintah jaman dulu, tapi tetap nasionalis dan idealis yang berujung pada kontibusi nyata :)
Kalo kamu merasa belum bisa berkontribusi nyata, kontribusi nggak harus turun ke jalan, ngeluarin donasi, membuat karya atau bikin segudang prestasi, seenggaknya menjadi orang baik yang peduli untuk sekeliling kita dan nggak merusak suasana, itu udah lebih baik daripada menjadi orang-orang muna :)
Oke,,kali ini sepakat Sam. Hahahah...
BalasHapusbahas juga lah yang Fb nya isi share berita anti pemerintah mulu..
Ini bener bgt sam, gue punya temen aktifis kalo aksi pasti paling depan, nuntun perubahan eh tp sendirinya gak berubah2 sikapnya, kuliah gak lulus2 ngurusin aja yg begituan. Harusnya perubahan itu mulai dari diri sendiri, benar gak sam :3
BalasHapuskeren kak
BalasHapus