
Menganggur itu bukan Aib
Ceritanya kemarin gue baru baca koran"SITU NGANGGUR? MALU SAMA NEGARA WOI!", kemudian gue dikejar-kejar, ketangkep, dibakar massa,...
Ehem,
Begitulah, menganggur setelah melalui masa study yang lama memang menjadi salah satu masa sulit dalam hidup, kita akan menghadapi tekanan dari berbagai sudut: teman, saudara, bahkan orang tua, tapi yang paling menekan diri kita saat itu adalah diri kita sendiri, yaitu ego. Ngerti nggak? Gue nggak.
Jadi, bagi kamu yang lagi berbangga hati karena belum lama wisuda, selamat, kamu baru aja melewati fase hidup yang paling mudah,
Anyway, ketika kita melihat ada fresh graduate yang hanya baru beberapa hari wisuda kemudian mendapat kerja, kita selalu menganggap mereka adalah orang-orang yang beruntung, atau bisa jadi mereka main dukun.
Gue pribadi, harus cukup bersabar menanti panggilan interview berminggu-minggu dengan mengandalkan pencarian kerja online --gue nggak mau menyebut namanya, sebut saja jobstreet.com--, yang membuat gue makin envy dan emosi dengan orang-orang yang lebih cepat mencari kerja.
Memang agak menyulitkan ketika lulus, IPK kita nggak sampe minimal 3,00. Karena nggak bohong, gue tinggal serumah dengan sepupu yang kuliah diploma dengan lulus IPK di atas 3,00., setiap hari kerjaannya pergi interview kerja,
"Mau ke mana lo?"Hampir setiap hari gue melihat dia pergi menggunakan blazer dan ijazahnya untuk pergi wawancara, sedangkan gue, hanya bisa duduk di depan TV main video game sambil ngemil membuncitkan perut.
"Interview."
"Buset, tiap hari interview?"
"Iya, sampe bingung nih banyak panggilan."
"Ada yang keterima nggak?"
"Nggak."
"Pfftt.", gue ketawa, dan kemudian digeplak pake ijazahnya.
Entah kenapa, ini aneh banget, walaupun berpuluh-puluh lamaran kerja udah gue masukin ke setiap perusahaan, kagak ada satupun panggilan wawancara, sedangkan sepupu gue, seperti tanpa perlu susah payah, dengan mudah dia dapet panggilan kerja, dan dengan semena-mena pula dia menolak tawaran itu.
"Bagaimana Mba dengan tawaran kami?"Begitulah sepupu gue, sudahlah, balik ke topik.
"Maaf ya Mas, aku gak bisa, kita teman aja yah."
"Ta..tapi tapi... Mba."
"<tut tut tut tut>"
Hal berat lainnya ketika tak kunjung bekerja, adalah nggak nyamannya kuping dengan pertanyaan, "Kapan kerja?", "Kok masih nganggur?", "Tetangga udah kerja loh.", "Saudara kita baru lulus langsung kerja loh.", "Kok masih di rumah.", "Kapan kamu bahagiain orang tua?"
Lama-lama denger begituan, kuping gue jadi panas (siram paracetamol). Gue nggak rela kalo dipanggil pengangguran, dan nggak ada orang yang rela dipanggil begitu, kesannya terlalu negatif. Makanya setiap kali ada yang sewot sama gue -terutama orang tua, gue akan bilang,
"Heh, kapan kerja? Nganggur mulu."Orang tua gue dan mungkin orang tua kalian, mereka punya ekspektasi lebih baik ketika kita bisa sekolah ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Bagi sebagian orang tua, itu adalah prestasi. Mungkin dulu kita sering dielu-elukan orang tua, jadi kebanggaan mereka. Namun, ketika keadaan di mana kita menganggur begini, prestasi-prestasi itu udah nggak dianggap mereka lagi. Bagi mereka itu masa lalu, mereka udah move on.
"Mak, ini bukan nganggur, tapi lagi libur."
"...", dilempar ulekan.
Makanya, ketika orang tua melihat keponakan atau orang lain lebih mudah mencari pekerjaan dibanding anaknya sendiri, mereka seakan menganggap bahwa membiayai kita kuliah adalah hal sia-sia.
Menyedihkan memang, tapi seandainya orang tua tau, walau pun kita belum mendapat kerja dan lebih sering main video game, kita ini sangat berkontribusi bagi dunia dalam memproduksi gas CO2 yang sangat bermanfaat untuk tumbuhan. Mereka harus tau, kalau anak-anak mereka sangatlah go green dan peduli terhadap pemanasan global. Nggak penting juga sih.
Tapi gak papa, rasa galau sedikit terobati ketika tau kabar kalo temen gue yang lulus cumlaude, belum juga dapet kerja. Pffftt. Mungkin penderitaan dia lebih besar dari gue. Hari itu gue sadar, makanya, punya IPK nggak usah gede-gede, kalo susah nyari kerja kan ngenes.
***
Kemarin gue membaca sebuah data, ternyata di tahun 2010, angka pengangguran nasional mencapai 8,3 juta orang (BPS). Dan di tahun 2012, data dari asisten deputi Bidang Kepeloporan Pemuda Kemenpora, angka pengangguran terdidik mencapai 41,81% dari total pengangguran nasional, yang tiap tahun terus bertambah. Nggak heran, bisnis job affair ada di mana-mana. "Ikut buka stand yuk?"
Gue nggak tau siapa yang harus bertanggung jawab atas masalah ini, tapi setelah gue pikir-pikir, orang yang paling bertanggung jawab atas masalah ini bukanlah Pak Jokowi, karena "Itu bukan urusan saya", melainkan para Sarjana Bisnis. Kenapa sarjana bisnis? Karena mereka bukannya buka bisnis, malah ikutan nyari kerja. Makanya, tolong bilangin anak BEM, jangan beraninya ngedemo presiden doank, coba itu sarjana bisnis yang lagi kerja dan juga sarjana pertanian yang kerja di bank tolong didemo juga.
Haduh, haduh,
Begitulah ya kondisi anak muda jaman sekarang, mereka lebih serius sama hal yang nggak penting, tapi susah serius sama hal yang penting.
Bukannya sok-sok ngoreksi sih, tapi ada benernya juga ketika paradigma orang untuk kuliah adalah biar mudah mencari kerja, padahal fakta udah ada di mana-mana. Dan makin parah ketika mereka berpikir, wisuda tepat waktu, kuliah semua mudah, skripsi tanpa revisi, lulus nilai bagus, nilai bagus kerja mulus.
Hidup tidak sebercanda itu. (Eyang Sudjiwotejo).
Nah, bagi kamu yang belum bekerja, semoga segera dapet pekerjaan ya? Salah jurusan itu gak papa, asal jangan salah pekerjaan. Dan selalu ingat dalam diri bahwa, menganggur itu bukan aib pribadi ... tapi aib keluarga, ppffttt.
*kabur
Kasih komentar menarik di kolom komentar untuk artikel ini, dan jangan lupa share artikel ini di twitter kamu dengan mention @CAKthemovie dan @joejuhdy
untuk dapetin hadiah mulai dari merchendise menarik, tiket premier
nonton bareng actress dan actor pemeran CAK The Movie, dan hadiah
menarik lainnya.