New Post

Rss

10 April 2015
Kapan?

Kapan?

Cewek,

Mungkin kalo ada mahasiswa yang membuat topik skripsi tentang 'mengerti perempuan', maka mahasiswa itu akan dipastikan lulus ratusan tahun.

Btw, rasanya nggak fair kalo misal cuma Ada Band yang menyanyikan lagu Karena Wanita Ingin Dimengerti, karena pada dasarnya laki-laki juga pengin dimengerti. Tapi dari zaman lagu Ada Band itu keluar sampe tahun sekarang, belum ada lagi yang nyanyiin tentang perasaan cowok yang kayak gini.

Makanya gue sempet berpikir, mungkin setelah CAK The Movie rilis, gue akan banting setir jadi penyanyi, dengan debut single yang berjudul 'Emang Cuma Wanita Doank yang Ingin Dimengerti, Laki-laki juga Keles", nanti video klip-nya ada seorang cowok yang lagi sidang skripsi dan tiba-tiba gila kesurupan minta lulus, karena nggak ngerti sama skripsinya sendiri. "Lulusin AKU! LULUSIN AKU GAK!? WOOOH!"

Anyway, jelek-jelek begini, gue sering ditolak cewek. Secara kebetulan, dosen pembimbing gue juga cewek. Udah dosen pembimbing, cewek lagi. Lengkap. Dosen cewek itu sama halnya kayak cewek kebanyakan, penginnya dimengerti, penginnya di-SMS duluan, penginnya dicariin duluan, kalo nggak digituin dia bakal ngambek. Persis. Sering kali juga, ketika kita SMS dengan seksama, mereka suka ngebales dengan kata sesingkat-singkatnya. Ini SMS Bu, bukan proklamasi.
"Kapan mau bimbingan?"
, dosen pembimbing nggak pernah seperhatian ini, jangankan nanyain kapan mau bimbingan, masih untung mereka inget kalo punya bimbingan. Di sisi lain, justru temen sendiri yang kelewatan perhatian dengan nanyain, "Kapan lulus? Kapan wisuda? Kapan bayar utang? Kapan nraktir gue? Kapan? Kapan?", dan pertanyaan kapan lainnya. Temen yang kayak gini emang susah dihadepin, bisa jadi mereka emang bener-bener perhatian, atau bisa jadi mereka emang pengin mulutnya disumpel pake pembalut.

Bener kata orang, hidup ini ujian, dan soalnya kebanyakan pertanyaan "Kapan", orang yang lulus ujian adalah orang yang berani menjawab dan membuktikan pertanyaan kapan.

--

Ngomong-ngomong soal kapan, gue ada cerita,

Beberapa waktu lalu, gue mendapatkan kehormatan untuk memberikan pidato kelulusan untuk para wisudawan, tepatnya wisuda bulan Maret kemarin sebagai perwakilan alumni. Udah lama nggak ngasih pidato di acara formil seperti itu, gue tegang, entah bagian yang mana.

Karena permintaan memberi pidato ini datang sehari semalam sebelum hari-H, gue nggak ada persiapan banyak, kaos kaki aja beda sebelah, bau lagi, hanya orang jenius yang bisa mencium keharuman kaos kaki gue. Gue sempat menciumnya, dan wangi, gue emang jenius, sedangkan temen gue, jarak 2 meter, dia terlihat mengeluarkan busa dari mulutnya, dia nggak jenius. Ini kok ngebahas kaos kaki yang bau.

Seperti biasa, pidato dari alumni datang setelah pidato pertama dari lulusan terbaik. Mengawali pidatonya, dia berpuisi, puisinya seperti ini ...

Oke sorry, gue lupa.

Setelah berpuisi, dia berterima kasih kepada dosen dan orang tua, institusi, dan kemudian memberikan motivasi bersama untuk mengamalkan ilmu untuk masyarakat, nusa dan bangsa. Applause.

Berikutnya, gue.

Gue berjalan menuju podium, di depan ratusan audience, di depan dosen gue dulu, di depan adik kelas, dan di depan temen sendiri (yang kelewatan lama lulusnya). Gue hanya membawa sebuah buku catetan, yang saat tadi lulusan terbaik lagi mengoceh, gue sempet membuat beberapa bahan untuk jadi pembicaraan.

Gue perlahan membuka catatan itu, sialnya nggak gue tandain, bahan materi gue bolak-balik nggak ketemu, yang ada catetan utang di warteg. Apalah daya, gue pun mulai bicara materi yang absurd. Biar nggak terlalu canggung, gue membuka pidato juga dengan puisi, seperti ini ...
"IPK tinggi jangan tinggi hati, IPK rendah jangan menyerah, udahgituaja."
Audience bengong, merasa aneh, kemudian tertawa, ada beberapa yang tepuk tangan, gue sambut,
"Yang mau tepuk tangan, gak usah setengah-setengah.", tepuk tangan mereka makin kenceng. 
Pidato gue lanjutkan dengan menyambut dosen, guru besar, orang tua, dan wisudawati yang gue cintai, semoga dibalas cinta gue, sedangkan wisudawan-nya gue lupakan, biarin aja.

Berpikir mau bicara apa, akhirnya gue menceritakan perjuangan gue ketika wisuda dulu, "Bahagia ya, akhirnya temen-temen bisa menjawab dengan lantang kalo masih ada yang nanya 'Kapan wisuda?', padahal pertanyaan itu dulu, rasanya sakit banget.", wisudawan tersenyum.
"Saat mahasiswa dulu, saya aktif di organisasi, saya mengikuti program KB, kuliah berencana, hindari kelulusan dini, IPK 2 lebih baik.", sambil menunjuk 2 jari. Audience tertawa. 
Gue menyampaikan pula bagaimana perjuangan seorang fresh graduate dalam dunia kerja, "Bagi yang ber-IPK tinggi jangan seneng dulu ya, karena IPK tinggi tidak menentukan kesuksesan... apalagi IPK rendah.", wisudawan yang tadinya kesenengan, kemudian terlihat keluar dan melompat dari gedung.

Iya memang, pidato formil ini malah jadi stand up comedy. Tapi bodo amat, gue nggak suka dengan aturan yang kaku, pula wisudawan-wisudawan ini terlihat haus hiburan. Gue pun melanjutkan.
"Jangan pula berbangga diri dengan status sarjana terbaik kalian, karena bagi saya, sarjana terbaik itu adalah sarjana yang ketika ditanya setelah wisuda mau ngapain, mereka nggak bingung.", mereka semua terenyuh.
--

Banyak hal yang gue sampaikan saat itu, dengan keadaan kikuk karena masih ada rasa takut ketika dipandangi oleh dosen-dosen dengan tatapan sinis, jelas gue salah tempat membawa materi ini, tapi gue hanya mencoba jujur, bahwa memang akademik tidak selalu menjadi kunci keberhasilan di dunia pekerjaan. Maksud gue hanya ingin menyampaikan bahwa semua orang punya kesempatan sukses yang sama.

Tapi sering kali, institusi hanya mengikuti pola dan tradisi dari waktu ke waktu, yang secara implisit memberikan wawasan bahwa, raihlah IPK bagus, biar bisa kerja di perusahaan bagus. Selalu begitu, padahal nggak selalu benar, dan nggak semua lulusan selalu punya kemampuan dan potensi yang sama.
"Saya sebenernya nggak sepakat kalau misal mahasiswa berprestasi selalu identik dengan IPK tinggi. Ini deskriminasi."
Ruangan membisu, audience hening, ini adalah hal yang sensitif. Beberapa orang (terutama dosen) mengernyitkan mata mereka, beberapa wisudawan ada yang terlihat mengangguk sepakat. Gue pun melanjutkan,
"... lulusan terbaik yang identik dengan IPK itu nggak fair, seakan-akan IPK makin tinggi itu makin baik, kasian yang IPK-nya nggak tinggi, sedangkan mereka punya skill, potensi, passion yang berbeda-beda, bagi saya, predikatisasi ini semacam discouragement. Seharusnya biar fair, mahasiswa terbaik ada versi keduanya, yaitu dengan jumlah semester yang paling tinggi, itu baru antimainstream.", audience makin menggila. *) discouragement: semacam pematah semangat
"... terlepas terbaik atau tidak, kalian semua adalah lulusan terbaik kampus ini, berbanggalah.", semua wisudawan tersenyum.
"... berbanggalah hari ini, karena mungkin besok kalian akan galau berbulan-bulan.", mereka nggak jadi senyum. 
"Nah, bagi bapak-ibu orang tua, saya menyarankan, jangan terlalu sering nanya kapan kerja ya? Sakitnya tuh di sini... ", wisudawan tertawa lagi. 
"Berbahagialah dengan waktu kosong kalian nanti, karena banyak orang yang sudah bekerja merindukan waktu libur. Welcome to the jungle, have a dream, make it come true, and never give up. Oiya, silakan para wisudawan bisa berdiri sejenak...", mereka seperti termotivasi, dan kemudian berdiri.
"Sekarang kalian boleh tepuk tangan. Terima kasih standing applause-nya."
Gue pun mengacir ke bangku tamu, sambil ditimpukin snack tentunya. Tak disangka, gue melihat ke arah bangku dosen dan guru besar, mereka memberikan senyuman ke gue, entah karena melihat mahasiswanya yang begitu membanggakan, atau mungkin mereka mulai ada rasa.


Silakan temen-temen share artikel ini di twitter dengan mention @maulasam & @ositmen, juga tinggalin komentar di bawah ya, komentar terbaik bakal dapet 1 buat t-shirt dari Ositmen, free! (Cantumin email kamu di akhir komentar)Wajib juga follow instagramnya di instagram.com/ositmen. Info: 08567777039 (Whatsapp), 2B1B0B80 (PIN).

Quiz ditutup! Pemenang udah diumumkan di instagram.com/ositmen. Silakan berpartisipasi di kesempatan berikutnya ya.
Copyright © 2012 Sam & Catatan Akhir Kuliah-nya All Right Reserved